Selamat Datang di Blog Hakikat Keislaman Sejati..Semoga Anda senang membaca artikel yang kami hatur kan terima kasih

Senin, 16 Mei 2011

KIRIM SURAT KEPADA ALLAH

(Izinkan Aku Mencium-MU sekali saja)
Ya Allah ya Rahman Ya Rahim…
Dari depan Mihrab-Mu nan suci dan agung, izinkan aku menulis surat ini sebagai rasa kerinduan tanpa batas aku pada-Mu, sebagai ganti pertemuan terakhir kita disaat aku berziarah kepada-Mu dalam istana yang Maha Indah, Istana yang seluruh makhluk dimuka bumi mencarinya, tapi hanya segelintir orang-orang pilihan yang Kau izinkan singgah disana, terima kasih yang tak terhingga atas karunia ini, Engkau izinkan diri hina dina ini tuk menatap wajah agung-Mu, dalam Istana-Mu, dalam Surga-Mu. Setiap kali kita berjumpa, Engkau selalu meyakinkan aku dengan firmanMu: “datanglah pada-Ku, kaki kiri hapus dosa dan kaki kanan bikin pahala”. Tuhanku… bukan aku tidak mau dosaku dihapus, tapi aku malu, amat malu, setiap kali Engkau hapus dosa, setelah aku meninggalkan istana-Mu, kembali aku melakukan dosa yang sama. Bukan pula aku tidak ingin derajatku naik di dunia dan akhirat, sungguh tidaklah pantas aku menerimanya, aku hanyalah debu kecil di telapak-Mu, hanyalah setetes air didalam samudera-Mu yang Maha Luas, Engkau izinkan aku menatap wajah-Mu saja sudah merupakan karunia yang tidak bisa ku balas walau dengan nyawa sekalipun.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim…
Saat Engkau berikan aku cobaan, teramat berat dan menyakitkan, pernah aku ingin lari dari takdir-Mu, meninggalkan semua rencana-rencana yang telah Engkau firmankan kepadaku, pernah aku setengah kesal dengan-Mu, ampuni aku wahai pemilik kasih, ampuni kejujuran ini dan tanpa ku sampaikan melalui surat inipun Engkau Maha Mengetahui. Setelah semua badai kehidupan berlalu, barulah aku tersadar bahwa seburuk apapun kemalangan menimpa masih jauh lebih indah jika masih beserta-Mu.

Ya Allah Yang Maharahman dan Maharahim, yang senatiasa membentangkan tangan-Nya pada waktu malam agar bertaubat orang yang melakukan kesalahan di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar bertaubat orang yang melakukan kesalahan dimalam hari, terus dan terus hingga matahari terbit dari barat. Ampuni aku yang belum bisa mencintai-Mu, sebagaimana Engkau yang senantiasa menghadirkan cinta dan pengampunan. Yang tak mampu menghadirkan tangis kerinduan, sebagaimana tangisan dan kerinduan Muhammad di Jabal Nur. Yang tak mampu melamunkan-Mu, sebagaimana kekhusukan Imam Ali yang mengalahkan datangnya maut.

Ya Allah Yang Maharahman dan Maharahim,
izinkan aku untuk terus bisa berkunjung ke istana-Mu,
izinkan aku untuk bisa mengenal para kekasih-Mu agar aku bisa ikut mencintai mereka karena Engkau pernah berfirman: “mencintai yang Aku cinta maka Aku cinta”.
Izinkan aku untuk bisa bergaul dengan sahabat-sahabat-Mu agar aku bisa terus merasakan getaran cinta-Mu lewat mereka.

Ya Allah Yang Maharahman dan Maharahim,
Ajarkan aku cara mencintai-Mu
Ajarkan aku untuk menyayangi-Mu
Ajarkan aku mengasihi-Mu,
Aku ingin wahai junjunganku Engkau merasakan setiap getaran yang ku kirim disaat malam pekat, dengan linangan air mata dan rasa bersalah nan teramat dalam.

Ya Allah Yang Maharahman dan maharahim. Ampuni aku yang untuk pertama kalinya menulis surat untuk-Mu, terlalu sibuk akan dunia yang tiada berguna ini, ampuni aku kalau surat ini tidak ada perasaan cinta dan hambar saat Kau cicipi, mungkin juga cintaku masih gombal kepada-Mu

Ya Allah Yang Maha Rahman dan Maharahim. Aku bermohon pada-Mu, jika saatnya tiba, izinkan aku membaca surat-surat-Mu lagi, izinkan aku menulis sepucuk surat terakhir kalinya untuk-Mu. Mungkin surat cinta, bisa jadi surat kerinduan, dan tak mustahil lamunan-lamunan kegilaanku pada-Mu. Sungguh, jika saatnya tiba, ijinkan aku mencium-Mu sekali saja.

Sabtu, 14 Mei 2011

TERSESAT DI SURGA ALLAH

Seorang pemuda, ahli amal ibadah datang ke seorang Sufi. Sang pemuda dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, baca Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk syurga dengan tumpukan amalnya.
Bahkan sang pemuda tadi malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari.
“Saya kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan…”
“Apa yang sudah anda lakukan?”
“Amal ibadah bekal bagi syurga saya nanti…”
“Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?”
Pemuda itu diam…lalu berkata,
“Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?”
“Siapa yang menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?”
“Saya sendiri…hmmm….”
“Jadi kamu mau masuk syurga sendiri dengan amal-amalmu itu?”
“Jelas dong tuan…”
“Saya nggak jamin kamu bisa masuk ke syurga. Kalau toh masuk kamu malah akan tersesat disana…”
Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan Sang Sufi. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin sekali menampar muka sang sufi.
“Mana mungkin  di syurga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding Sang Sufi.
“Kamu benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….”
“Toloong diperjelas…”
“Begini saja, seluruh amalmu itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?”
“Lho kenapa?”
“Siapa tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?”
“Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…”
“Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda?
Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini?”
Pemuda itu duduk lunglai seperti mengalami anti klimaks, pikirannya melayang membayang bagaimana soal tersesat di syurga, soal amal yang tidak diterima, soal ikhlas dan tidak ikhlas.
Dalam kondisi setengah frustrasi, Sang sufi menepuk pundaknya.
“Hai anak muda. Jangan kecewa, jangan putus asa. Kamu cukup istighfar saja. Kalau kamu berambisi masuk syurga itu baik pula. Tapi, kalau kamu tidak bertemu dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta syurga bagaimana? Kan sama dengan orang masuk rumah orang, lalu anda tidak berjumpa dengan tuan rumah, apakah anda seperti orang linglung atau orang yang bahagia?”
“Saya harus bagaimana tuan…”
“Mulailah menuju Sang Pencipta syurga, maka seluruh nikmatnya akan diberikan kepadamu. Amalmu bukan tiket ke syurga. Tapi ikhlasmu dalam beramal merupakan wadah bagi ridlo dan rahmat-Nya, yang menarik dirimu masuk ke dalamnya…”
Pemuda itu semakin bengong antara tahu dan tidak.
“Begini saja, anak muda. Mana mungkin syurga tanpa Allah, mana mungkin neraka bersama Allah?”
Pemuda itu tetap saja bengong. Mulutnya melongo seperti kerbau.